close
BUDAYA

Mantannah Somor, Masyarakat Duwek Buter Lestarikan Budaya Peninggalan

IMG_20200222_080650

BANGKALAN, Kompasmadura.com – Kali ini ada budaya unik yang menarik untuk disimak, yaitu ‘mantanah somor’ (resepsi pernikahan sumur). Budaya pengantin sumur sangat dikenal dikalangan Desa Duwek Buter, Kecamatan Kwanyar Bangkalan.

Bagi yang belum mengenal tradisi ini, pasti akan menyimpulkan ada-ada saja, ternyata tidak hanya manusia yang ada resepsi pernikahannya, sumurpun sedemikian.

Namun budaya tersebut tidak hanya memiliki magnet keyakinan yang tinggi untuk menarik kepercayaan masyarakat, akan tetapi ketika dilihat sanad keilmuan dan trahnya dari pencetus yang meninggalakan budaya itu, justru hal ini bisa dibilang tradisi spritual agama yang digabung dengan budaya.

Pencetusnya adalah Raden Hasan yang dikenal dengan (Buju’ Budur) yang mana sanad keilmuan beliau masih merupakan buyut dari Syaikhona Holil Bangkalan salah satu penentu organisasi besar Nahdlatul Ulama.

Menurut Tokoh sesepuh Desa itu H. Mat Naji, Mantannah Somor (Rokat Sumur), merupakan tradisi masyarakatnya dalam hal mengharap turun hujan. Sebab sempat curah hujan 1 minggu terkahir tidak stabil meski sudah masuk musim penghujan.

“Kemasannya sama seperti pernikahan manusia, yaitu Somor lake’ (sumur laki-laki) yang ada di kampung Rabesen di iring bersama-sama menuju Somor bine’ (sumur perempuan) yang ada di kampung Duwek Buter.” Ucap dia.

Ternyata kesamaan dalam resepsi pernikahan sumur itu ada juga serah terima yang dilakukan pemasrahan dari somor lake’ (sumur laki-laki) dan penerimaan dari mempelai somor bine’ (sumur perempuan) sebagaimana acara perkawinan umumnya.

“Namun acara resespi pernikahan sumur ini di akhiri dengan mengaliri (menuangkan) air somor lake’ (sumur laki-laki) pada liang somor bine’(sumur perempuan).” Papar dia.

Selain dimeriahkan dengan gelar iringan mantenan, juga digelar kirab budaya lainnya, yaitu pentas pencak silat, Tayub, Tarian Marlena dan Pengajian ( Khotmil Qur’an) pada malam hari nya.

Sedangkan kepala desa Duwek Buter H. Mat Sahri, menilai masyarakatnya yang masih guyub menjaga tradisi peninggalan sesepuhnya. harus tetap dilestarikan serta menegaskan acara itu bukan hanya semata-mata meminta hujan, namun secara sosial diarahkan sebagai momentum silaturrahmi dari lintas dusun di desa itu,

“Karena masih banyak yang peduli dan mengerti dari setiap dusun ini, maka harus tetap dijaga jangan sampai punah. Dan buktinya masyarakat dari setiap dusun hadir di acara itu, ” tutup dia. (Mal/Nin)

Tags : Sumur