close
SUMENEP

Densus 26 Madura Isi Materi Pada Seminar Aswaja

IMG_20171126_185807

SUMENEP, kompasmadura.com – Densus 26 Madura melalui, K.Abdul Wasid selaku Dewan Pembina Densus 26 menyampaikan materi pada acara seminar Aswaja di aula Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Al Karimiyyah beraji Sumenep, pada Minggu (26/11/2017).

Sekitar 150 pegiat gerakan Aswaja (Ahlus Sunnah wal Jamaah) dari seluruh elemen organisasi kepemudaan dan mahasiswa se kabupaten Sumenep mengikuti acara tersebut.  Peserta digembleng secara intensif dari sisi teori, persepsi, pemahaman hingga dialog terkait Aswaja yang menjadi pegangan Nahdlatul Ulama.

Ketua Panitia Seminar Aswaja Yudi Hariyanto mengatakan kegiatan seminar ini, di ikuti oleh utusan organisasi kepemudaan se-Sumenep dan orgnisasi kemahasiswaan. “Peserta adalah utusan Organisasi Kepemudaan dan Kemahasiswaan di Sumenep,” katanya, Minggu (26/11/2017).

Selama seminar, para peserta mendapatkan pengetahuan dan pendalaman soal sejarah, ibadah dan hal lain yang menyangkut aqidah. Di antara materi yang akan disajikan adalah firqah dalam sejarah Islam, internalisasi Aswaja dan radikalisme Wahabi, Islam Nusantara, bedah kitabal-Muqtathafat li Ahl al-Bidayat.

Kemudian, Syi’ah dan Hizbut Tahrir; sejarah, doktrin dan perkembangannya di Indonesia serta posisinya dalam perspektif Aswaja An-Nahdliyah. Juga ada materi konsep bid’ah yang meliputi tradisi tahlilan, selamatan kelahiran, pernikahan, kematian dan sejenisnya.

“Namun  dalam bahasan adalah liberalisme, dari mulai sejarah, produk pemikiran, dan perkembangan mutakhir, serta posisinya dalam perspektif Aswaja an-Nahdliyah,” ungkap Yudi Cogel, sapaan akrabnya.

Pada acara tersebut, dihadiri langsung Korwil Densus 26 Madura, Nur Faizin. Dalam sambutannya Nur Faizin mengingatkan pentingnya menjaga NU dimulai dari menjaga organisasinya juga ajarannya.

“Jangan sampai Madura yang menjadi bidan lahirnya NU kemudian dimasuki atau dikuasai oleh faham-faham yang merongrong Aswaja Annahdliyah” ujarnya.

Pria yang akrab disapa Jen tersebut juga menjelaskan pentingnya peran pemuda milenial dalam menjaga NU, peran serta media sosial sangat mempengaruhi opini publik saat ini.

“Jangan sampai kabar kabar Hoax dan fitnah terhadap NU dianggap benar oleh khalayak karena seringnya share berita yang tidak diimbangi oleh penjelasan dari kita” ujarnya.

Dalam penutup sambutannya, Jen juga menegaskan benteng terakhir untuk menghancurkan Indonesia dengan NKRI-nya adalah NU. Jika mereka berhasil menghancurkan NU maka bisa dipastikan dengan mudah Indonesia ini dihancurkan. Karena NU menjadi salah satu organisasi yang paling depan dan getol dalam mempertahankan NKRI dan Pancasila. [die/Nin].

Tags : Seminar