SUMENEP, Kompasmadura.com – Guru ngaji merupakan jendela pertama setelah kedua orang yang membuka ruang pengetahuan umat manusia. Karenanya, mereka patut diberi penghargaan dan diringankan beban hidupnya, meski pada kenyataannya para guru ngaji itu ikhlas melakukannya. Begitulah, kesimpulan pesan Bupati Sumenep, KH. A. Busyro Karim sewaktu menyerahkan bantuan bagi para pahlawan tanpa jasa itu.
Sedikitnya, waktu itu ada 290 orang guru ngaji, 5 masjid, 4 mushallah, dan 1 lembaga pondok pesantren yang sudah menerima bantuan dari Bupati Busyro Karim. Untuk guru ngaji, bantuan diberikan sebesar Rp. 750.000 per orang, tiap masjid mendapatkan Rp. 250.000.000, mushallah Rp. 50.000.000, sedangkan khusus pesantren bantun senilai Rp. 50.000.000.
“Ini penyerahan bantuan tahap pertama di tahun 2017,” kata mantan Ketua DPRD itu, Jumat (16/06/2017) di gedung Korpri setempat.
Bahkan, Bupati Busyro Karim mengatakan, Pemkab Sumenep akan terus berkomitmen memperjuangkan kesejahteraan guru ngaji, dan organisasi sosial keagamaan. Sebab, keberadaannya ditenga-tengan masyarakat sangat bermanfaat dan telah ikut membantu dalam mencetak manusia-manusia yang berbudi luhur.
Sehingga, bupati dua priode tersebut selalu menambah anggaran khusus bantuan guru ngaji, masjid, mushallah, dan lembaga sosial keagamaan. Tujuannya, untuk meningkatkan kesejahteraan bagi guru dan beberapa ormas tersebut.
“Sejak tahun 2011, Pemkab telah mengucurkan anggaran sebesar 27,5 miliyar, pada tahun 2017 ini, bantuan hibah bagi organisasi keagamaan dan bantuan sosial bagi guru ngaji seluruhnya mencapai 3,4 miliyar,” pungkasnya.[ Liq/Nin]