SUMENEP, Kompasmadura.com – Menteri Sosial (Mensos) Republik Indonesia (RI), Khofifah Indar Parawansa, mengajak perempuan untuk menjadi juru perdamaian. Sebab, dewasa ini, perempuan di Indonesia mampu berfikir gender mainstreaming, Artinya sudah mulai dari sisi perencanaan, sisi pelaksanaan, evaluasi, dan monitoring dengan memanfaat sebuah program.
“Waktu saya jadi Menteri di Tahun 2000, mengisiasi perempuan menjadi juru damai,” ungkap Khofifa, saat mendatangi Hari Perdamaian Di Pondok Pesantren Annuqoyah Kecamatan Guluk-Guluk Kabupaten Sumenep, Minggu (09/10/2017).
Gerakan perempuan berdaya melalui kimunitas perdamaian perempuan, Pihaknya mencoba melakukan komunikasi intensif dengan perempuan di aceh dan ambon. Sehingga perempuan muncul menjadi juru perdamaian.
Menurutnya dewasa ini, sudah bukan lagi berfikir kesetaraan gender, namun berfikir pada gender mainstreaming, Artinya sudah mulai dari sisi perencanaan, sisi pelaksanaan, evaluasi, dan monitoring sebuah program.
“Sampai dengan bagaimana manfaat sebuah program sudah bisa dimanfaatkan oleh perempuan dan laki-laki,” terangnya.
Khofifah juga memaparkan, Perempuan sudah masuk kesemua lini dalam setiap proses perencanaan, pelaksanaan, evaluasi monitoring, dan mendapatkan mamfaat yang sama dari seluruh program pembangunan , baik dari pemerintah pusat, Provinsi, Kabupaten Kota, sampai pada pemerintahan desa.
Tidak ada alasan perempuan tidak sekolah, kalau kemungkinan kemarin terlambat, sekarang kejarlah paket A, B, dan C, kemudian ambil program life skil, Sehingga perempuan memiliki keterampilan.
Lanjut dia, jadikan perempuan ini, sadar bahwa kesehatan itu penting, perempuan harus sehat, perempuan harus terdidik, dan diusahakan perempuan juga punya inkam. “Nantinya, Human davelopment index yang terkait dengan Gender Development Index (GDI) itu akan meningkat secara signifikan. Karena ada kesadaran dan ada support dari sistem tersebut,” paparnya. [die/Nin]