close
SAMPANG

Diduga Ada Pembiaran Pelayanan RSUD Berujung Petaka

IMG_20170713_163405

SAMPANG, Kompasmadura.com – Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)  kabupaten Sampang patut dipertanyakan terutama kepada pasien. Seharusnya melayani pasien secara prima,  Namun nyatanya sebaliknya pelayanan buruk yang diberikan kepada keluarga Ainurrofik berusia 18 tahun.

Warga Desa Muktesareh Kedungdung Sampang menjadi korban dalam menangani penyakit yang dia alami, yakni gegar otak.  Akibatnya,  Ainurrofik menghembuskan nafas terakhirnya di ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD setempat, pukul 12.19 wib.

Informasi yang diterima Kompasmadura.com, korbam terjatuh dari kendaraan roda dua,  pukul 08.13 wib di Jalan Raya Muktesareh Kedungdung Sampang. Kondisi korban kritis dan pihak keluarga meminta dirujuk ke RSUD Sampang.

Korban tiba di RSUD setempat sekitar pukul 09.24 wib, kemudian dilanjutkan pemeriksaan kepada korban yang ditangani oleh dokter dan petugas di ruang IGD setempat.  Hasilnya,  pihak dokter menyatakan korban mengalami gegar otak dan harus dirujuk ke rumah sakit di Surabaya, karena pihak rumah sakit tidak mampu menanganinya.

Untuk dibawa ke rumah sakit di Surabaya,  Korban harus dibantu dua alat pernafasan. Namun rujukan dan pemasangan alat tersebut tidak segera dipasang sehingga keluarga korban menunggu lama sekitar tiga jam dari pukul 09.24 wib.

Pemasangan alat itu menunggu dokter yang menangani. Infonya,  dokternya sedang melakukan operasi di ruang operasi belakang.  Namun kenyataannya ketika keluarga korban Alan Kaisan meminta diantarkan kepada dokter dan menunjukkan kegiatan operasi,  pihak petugas IGD RSUD beralasan yang berujung tidak ada kegiatan operasi.

Kondisi korban semakin kritis disebabkan lambatnya pemasangan alat pernafasan dan berangkat ke RS Surabaya. Pemasangan alat bantu pernafasan itu baru dipasang setelah petugas IGD menerima perintah dari direktur RSUD setempat hendak akan dirujuk. Namun usaha mereka sia-sia setelah diketahui jantung korban tidak lagi berfungsi.

“Pelayanan di RSUD ini memang belum sepenuh hati.  Selalu beralasan menunggu,  menunggu dan menunggu, ” kata Alan Kaisan.

“Karena nyawa taruhannya. Kalau sudah meninggal,  bagaimana???  Meski mati itu Allah yang menentukan, ” ucap tokoh pemuda asal Kedungdung itu.

Maka,  kata Alan,  jangan menyalahkan media jika memberitakan pelayanan RSUD kepada pasien selalu dikeluhkan. “Emang seperti ini kenyataannya.  Kalau tidak siap jadi dokter maupun petugas di rumah sakit jangan bekerja disini (RSUD), ” kata pria botak itu.

Menanggapi kejadian tersebut, Direktur RSUD Sampang Titik menyarankan menghubungi Humas Rumah Sakit Yuliono. Karena pihak sedang menghadiri kegiatan luar kantor.  “Ke pak Yuli ya,  biar satu pintu saya sedang diluar mas, ” sarannya.

Yuliono menepis tuduhan pelayanan kurang maksimal.  Dia mengaku ada dokter yang menangani korban. Ditambahkan, untuk membawa korban ke Surabaya kondisi korban harus stabil.  Karena, konsidi korban tidak stabil.

“Ada mikanismenya merujuk pasien. Kalau tidak stabil masak mau paksakan? Selain itu korban menderita penyakit lain yang mengakibatkan meninggal, ” jelasnya.

 

 

 

 

 

 

 

Penulis  : Syaiful

Editor   : Sri

Tags : RSUD