SAMPANG, kompasmadura.com – Selama ini Kementerian Perikanan dan Dinas Perikanan, dan Kelautan Pemkab Sampang menyalurkan barbagai jenis bantuan kepada petani garam. Salah satunya bantuan berupa geomembran yang sejauh ini telah dimanfaatkan oleh petani garam.
Namun bantuan tersebut masih belum bisa memproduksi garam berkualitas tinggi di wilayah Sampang. Karena High Density Polyethylene (HDPE) Geomembran yang digunakan selama ni ketebalannya hanya 0,2 ml.
Seharusnya ketebalannya 0,5 ml. Sehingga geomembran tersebut rentan rusak (sobek) dan tidak bertahan lama untuk memproduksi garam.
“Dipakai beberapa kali sudah sobek. Nah ini perlu ada perubahan pada ketebalannya, ” kata Ketua Asosiasi Petani Garam Rakyat Indonesia (APGRI) Jakfar Sodikin, Rabu (12/7/2017) pukul 11.45 wib.
Akibatnya, lanjut Jakfar, mempengaruhi pada kualitas garam rakyat di Sampang. Sehingga, berpengaruh pada harga garam juga.
Namun pada saat ini, dia menambahkan, harga garam naik sebesar Rp 3.500 per kilogram dibandingkan harga sebelumnya yakni Rp 700 per kilogram berbagai jenis (kualitas) garam. Itu terjadi, Jakfar menjelaskan, stok garam di wilayah Sampang kosong.
“Saat ini garam langka. Makanya harga naik dibanding harha sebelumnya, ” ujar Jakfar disela-sela pertemuan di Aula Pemkab Sampang.
Masih kata dia, produksi garam terkendala cuaca yang saat ini masih terjadi hukan di Sampang. “Sebagian wilayah ada yang produksi tapi minim, ” nambahnya.
Jika hal ini terjadi terus menerus, dimungkinkan pemerintah akan mengimport garam secara besar besar dari negara lain. “Sejauh ini sudah mendatangkan garam sebanyak 7.500 ton, tapi belum memenuhi kebutuhan, ” tandasnya.
Penulis : Syaiful
Editor : Putri