JAKARTA, Kompasmadura.com – Pencopotan Direktur Utama dan Wakil Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjpto dan Ahmad Bambang cukup mengejutkan.
Pasalnya, pencopotan dua petinggi perusahaan migas terbesar di Indonesia itu dilakukan saat kinerja Pertamina sedang moncer.
Bayangkan saja, sampai akhir kuartal II 2016 lalu, pendapatan laba Pertamina mengalahkan laba BUMN Migas negeri tetangga, Malaysia yaitu Petronas.
“Sampai akhir Juni lalu Pertamina berhasil bukukan laba senilai Rp 40 triliun atau setara USD2,38 miliar. Sedangkan Petronas membukukan laba senilai US$1,63 miliar,” tutur Dwi Soetjipto, saat melakukan kesepakatan dengan PBNU, Januari lalu.
Hal ini tentu menjadi tanda tanya besar, bagaimana mungkin perusahaan sebesar Pertamina melakukan pencopotan jabatan hanya karena alasan ‘personality’.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Rini Soemarno, tak berapa lama usai Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) di Kementerian BUMN, buru-buru mengklarifikasi, tentang pencopotan dua direksi itu muncul dari dewan komisaris.
“Dewan komisaris berkomunikasi dan beberapa kali rapat dan terakhir melakukan interview kepada semua direksi, dirut, wadirut dan mereka memberikan usulan bahwa masalah kepemimpinan ini sudah akut dan bisa membahayakan kestabilan pertamina,” terang Rini, Jumat (3/2/2017).
Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Satya W Yudha, menuturkan, keputusan itu cukup mengejutkan karena bagi DPR ukuran korporasi dinilai berdasarkan kinerja.
“Kinerja, kan diukur bagaimana mereka berkontribusi terhadap keuangan negara. Dan tidak bisa dipungkiri Pertamina menyumbang cukup besar di dalam keuntungan itu,” ujarnya di Jakarta, Minggu (5/2/2017).
Menurut Satya, apabila terjadi konflik pribadi atau hanya komunikasi, seharusnya bisa diredam oleh peranan dewan komisaris.
Sebab, pencopotan direksi ini sebetulnya bukanlah karena refleksi dari kinerja mereka. “Kinerja mereka bagus kok. Kecuali kalau dianggap tidak bisa berkomunikasi dan dampaknya dikinerja, itu bisa masuk akal,” tuturnya.
Satya berharap, kedepannya , Pertamina harus bisa mengelola manajemen korporasinya lebih baik lagi terutama dalam pola pengambilan keputusan terlebih bakal dijadikannya induk holding BUMN Migas. [Inilah]