JAKARTA, Kompasmadura.com – Presiden Joko Widodo pagi ini, Selasa, 6 November 2018, meninjau perkembangan proyek Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta di Stasiun MRT Bundaran Hotel Indonesia (HI). Kedatangannya disambut oleh di antaranya Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, dan Dirut PT MRT William Sabandar.
Tiba di Stasiun MRT Bundaran HI sekira pukul 09.00 WIB, Presiden langsung menuju peron keberangkatan. Dari sana, Presiden bersama dengan rombongan menjajal moda transportasi terbaru di Jakarta itu dengan tujuan Depo MRT Lebak Bulu, Jakarta Selatan.
Perjalanan Presiden dari Stasiun MRT Bundaran HI ke Depo MRT Lebak Bulus ditempuh dalam waktu kurang lebih 30 menit. Jumlah gerbong kereta yang saat itu dinaiki oleh Presiden adalah 6 gerbong dengan masing-masing berkapasitas 48 kursi, termasuk 6 kursi untuk ibu hamil dan lansia.
“Kita bersama-sama mencoba MRT dari Bundaran HI sampai di Lebak Bulus sepanjang 16 kilometer,” ujar Presiden setibanya di Depo MRT Lebak Bulus.
Proyek ini, kata Presiden, sudah berada dalam tahap penyelesaian akhir dan diharapkan dapat segera beroperasi untuk melayani masyarakat pada Maret 2019 mendatang.
“Proyek ini telah selesai 97 persen. Jadi kurang hanya 3 persen dan kita harapkan nantinya di Maret 2019 sudah mulai operasional,” tuturnya.
Secara khusus, Kepala Negara juga memuji kualitas dan kenyamanan kereta yang saat itu dirinya naiki. Ia menyebut suara gerbong yang dinaikinya tidak berisik meski menempuh perjalanan dengan kecepatan 60 kilometer per jam.
“Saat tadi kita naik dengan kecepatan 60 kilometer per jam suaranya dapat dikatakan tidak ada bisingnya, tidak terdengar, dan menurut saya sangat bagus,” ucapnya.
Selanjutnya, Kepala Negara berharap agar proyek pembangunan MRT ini akan berlanjut ke tahap kedua yang menghubungkan Bundaran HI hingga Ancol, Jakarta Utara. Selain itu, pemerintah juga mengharapkan agar MRT ini terintegrasi dengan moda transportasi lain yang sudah ada.
“Harus terintegrasi antara MRT, LRT, kereta bandara, Transjakarta, Kopaja, dan angkot. Kalau itu terintegrasi ya pertama akan mengurangi kemacetan, yang kedua mengurangi penggunaan mobil-mobil pribadi di Jabodetabek,” kata Presiden.
Lebih jauh, dirinya juga mengatakan bahwa butuh keberanian untuk melakukan pembangunan moda transportasi massal seperti ini. Transportasi massal tersebut menurutnya merupakan masa depan transportasi masyarakat untuk menghindari kemacetan di kota manapun.
“Kalau kita tidak berani memutuskan kita tidak mengerti sebetulnya ada masalah, kendala, dan tantangan apa di situ,” tandasnya.
Bey Machmudin/Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden